MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya, begitu pula sikap mereka terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Ada orang yang mampu menyelesaikan masalahya tanpa bantuan orang lain dan ada pula yang membutuhkan bantuan orang lain demi menyelesaikan masalahnya, oleh karena itu dibuutuhkan bimbingan, konseling dan juga psikoterapi.
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan bila dianalogikan bimbingan tanpa konseling bagai perawatan tanpa pengobatan ataupun pendidikan tanpa pengajaran. Sebagaimana bimbingan dan konseling, psikoterapi juga memiliki arti penting dalam usahanya membantu penyelesaian masalah yang sedang dialami kliennya. Diantara bimbingan, konseling dan psikoterapi memiliki pengertian yang berbeda, namum ketiganya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian bimbingan ?
2.      Apa pengertian konseling ?
3.      Apa pengertian psikoterapi ?

C.       Tujuan
Mengetahui pengertian bimbingan, konseling dan psikoterapi serta mengetahui perbedaannya.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli. Akan tetapi, tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian bimbingan. Pengertian bimbingan formal telah diungkapkan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu, muncul rumusan tentang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.
Oleh karena itu, untuk memahami pengertian bimbingan, perlu dipertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli berikut :
1.        “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan,  serta mendapat   kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.” (Frank Parson, 1951)
Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek, yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai suatu kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik dan berorientasi karir.
2.        Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. (Chiskolm)
Pengertian ini menitikberatkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
3.        “Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.” (Bernard & Fullmer, 1969)
Dari pengertian dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
4.        “Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik.” (Mathewson, 1969)
Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
5.        Penelusuran Ifdil Dahlani juga hampir sama dengan pengertian di atas. Ia menyatakan pendapat para ahli sebagai berikut :
a.    Prayitno dan Erman Amti (2004: 99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Tujuanya adalah orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya senidri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
b.    Winkel (2005: 27) mendefinisikan bimbingan:
1)   Usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri;
2)   Cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya;
3)   Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar merela dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana yang realistis sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan temoat mereka hidup;
4)   Proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan
6.      I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975: 15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, individu tersebut memiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction), dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, dan masyarakat.
7.        Dalam peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
B.       Pengertian Konseling
Mortensen (1964: 301) mengatakan bahwa, “Counseling is the heart of the guidance program”, beliau mendefinisikan konseling sebagai suatu proses antar-pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Sedangkan Ruth Strang (1958) menyatakan bahwa, “Guidance is broader : Counseling is a most important tool of Guidance”. Jadi konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam keseluruhan sistem dan kegiatan bimbingan.
Jones (1970: 96) menyebutkan bahwa konseling sebagai suatu hubungan profesional antara seorang konselor dengan klien. Selanjutnya dikatakan bahwa hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya  sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Menurut Brammer dan Shorstrom (1982: 8) konseling sebagai suatu perencanaan yang lebih profesional, pemecahan masalah, pembuatan keputusan intensionalitas, pencegahan terhadap munculnya masalah penyesuaian diri, dan memberi dukungan dalam menghadapi tekanan-tekanan situasional dalam kehidupan sehari-hari bagi orang- orang normal.   
Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien). yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2005: 34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/ klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami bahawa konseling adalah usaha membantu konseli/ klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapatkan latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
C.       Hubungan Bimbingan dan Konseling
Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan terdapat perbedaan antara bimbingan dan konseling, akan tetapi sebenarnya bimbingan dan konseling merupakan dua kegiatan yang saling melengkapi. Menurut Prof. BimoWalgito para ahli sepakat secara bulat,  baik tentang kesamaan antara bimbingan dan konseling serta perbedaannya, maupun saling melengkapinya antara kegiatan bimbingan dan konseling.
Jones, seperti dirujuk oleh Bimo Walgito, memandang konseling sebagai salah satu teknik dan bimbingan. Dengan pandangan ini, pengertian bimbingan lebih luas dibandingkan dengan konseling, dan konseling merupakan bagian dari bimbingan. Akan tetapi, ahli lain, seperti yang dikemukakan oleh Bloom dan Balinsky, berpandangan bahwa kedua pengertian istilah tersebut identik atau sama saja, artinya tidak ada perbedaan yang fundamental antara guidance dan counseling menurutnya pengertian bimbingan (guidance) adalah pengertian yang telah asing (out moded).
Demikian pula H.M. Umar dan Sartono (1998: 17) mengemukakan bahwa disamping adanya pandangan di atas, ada pula yang berpendapat bahwa guidance dan counseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasarnya maupun cara kerjanya, tetapi keduanya, setidak-tidaknya merupakan kegiatan yang sejajar. Menurut pandangan ini, counseling lebih identik dengan psikoterapi, yaitu usaha yang menolong individu yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius, sedangkan guidance oleh pandangan ini identik dengan pendidikan.
Pandangan lain lagi ialah bahwa guidance dan counseling merupakan kegiatan yang integral, dan keduanya tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, perkataan guidance selalu dirangkaikan dengan counseling sebagai kata majemuk. Counseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan di antara pelayanan-pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan dalam pelayanan dalam bimbingan.
Arthur J. Jones memandang penyuluhan sebagai salah satu teknik dan bimbingan. Dengan pandangan ini, pengertian bimbingan lebih luas dibanding dengan penyuluhan. Penyuluhan merupakan bagian dari bimbingan.
Dengan memerhatikan uraian-uraian diatas, jelaslah bahwa counseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan memberikan bantuan secara individual (face to face relationship). Guidance dan counseling mempunyai hubungan yang sangat erat. Perbedaannya terletak di dalam tingkatannya. Pandangan inilah yang paling banyak dianut dan diikuti dalam kegiatan-kegiatan praktik.
Menurut Bimo Walgito (1988: 6-7), apabila diteliti antara pengertian bimbingan dan pengertian konseling, kita akan mendapati kesamaan di samping adanya sifat-sifat yang khas ada pada kegiatan konseling. Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.        Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian bimbingan lebih luas daripada bimbingan konseling (penyuluhan). Oleh  karena itu, konseling merupakan guidance, tetapi tidak semua bentuk guidance merupakan kegiatan konseling.
2.        Dalam konseling terdapat masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi conselee, sedangkan guidance tidak demikian. Guidance lebih bersifat preventif atau pencegahan, sedangkan penyuluhan lebih bersifat kuratif atau korektif. Guidance dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah.
Sekalipun demikian, keadaan ini tidak berarti bahwa pada bimbingan sama sekali tidak ada segi kuratif, dan sebaliknya pada konseling tidak ada tindakan segi preventifnya dalam konseling, kita mendapatti segi preventif dalam arti menjaga atau mencegah terjadinya masalah yang lebih mendalam.
3.        Konseling pada prinsipnya dijalankan secara individu, yaitu antara conselor dan conselee secara face to face (tatap muka). Adapun guidance dijalankan secara grup atau kelompok. Misalnya suatu bimbingan cara belajar yang efisien dapat diberikan kepada seluruh kelas pada waktu tertentu secara bersama-sama.
Karena adanya sifat-sifat yang khas inilah, dipakailah istilah “penyuluhan” yang kini populer dengan istilah konseling, di samping “bimbingan”.
Menurut Abu Ahmadi (2977: 10), sekalipun dikemukakan adanya segi-segi persamaan di samping segi-segi perbedaan antar kedua pengertian itu, uraian di atas tidak bermaksud untuk memisahkan kedua pengertian itu. Hal ini karena dalam praktik, keduanya saling menyangkut dan mengisi. Bimbingan menyangkut pula konseling dan sebaliknya konseling menyangkut bimbingan.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manuisa sering menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti di dalam kehidupannya. Persoalan yang satu dapat diatasi, timbul persoalan lain. Persoalan lain dapat diatasi timbul pula persoalan lain demikian seterusnya.
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu dengan yang lainnya, baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam kemampuannya, di antara manusia, ada yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan orang lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup mengatasi persoalannya jika tidak dibantu oleh orang lain. Bagi mereka inilah, bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Adalah suatu hal yang wajar bagi manusia untuk mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya, manusia dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya. Akan tetapi, tidak semua manusia memiliki kemampuan ini. Merekalah yang sangat memerlukan pertolongan atau bantuan, yang dalam hal ini memerlukan bimbingan dan konseling.
D.      Pengertian Psikoterapi
Istilah psikoterapi (psychotheraphy) mempunyai pengertian cukup banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang seperti psikiater, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counseling), Kerja Sosial (Case work), Pendidikan dan ilmu Agama. Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
Secara harfiah psikoterapi berasal dari kata psycho yang berarti jiwa, dan therapy yang berarti penyembuhan. Psikoterapi sama dengan penyembuhan jiwa atau usada jiwa atau usada mental (Subandi, 2002).
            Psikoterapi juga diartikan sebagai pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
            James P.Chaplin (1999) lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman. Pada pengertian  di atas, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater yang dimaksudkan di sini adalah para guru, orangtua, saudara dan teman dekat yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati serta memberi nasihat-nasihat kehidupan yang baik.
            Menurut Corsini, definisi psikoterapi sukar dirumuskan. Meskipun demikian ia merumuskann psikoterapi sebagai suatu proses formal dari interaksi antara dua pihak, masing-masing pihat biasanya terdiri satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih. Proses ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua belah pihak karena ketidakmampuan atau malfungsi pada salah satu dari bidang-bidang tersebut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yanng tidak menyanangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku) dengan terapis yanng memiliki teori tentaang asal usul kepribadian, perkembanngan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan berdasarkan teori dan profesi yang diakui secara resmi untuk bertindak sebagai terapis.
            Prawitasari (2002) mendefinisikan psikoterapi sebagai proses formal interaksi antara dua orang atau lebih, dengan salah satu berposisis sebagai “penolong” dan yang lain sebagai “yang ditolong” dengan tujuan perubahan atau penyembuhan. Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull, 2001) memberikan definisi psikoterapi sebagai suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional, dimana seorang yang terlatih secara sengaja  membina hubungan profesional dengann seorang klien dengan tujuan menghilangkan, mengubah dan memperlambat simtom untuk mengentarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif. Sedangkan Frank (1982 dalam Phares dan Trull,2001) mendefinisikan psikoterapi sebagai interaksi yang terencana antara seorang yang terlatih dan memiliki kewenangan sosial untuk melakukan terapi, dengan seorang yang menderita dengan tujuan untuk meringankan penderitaan si penderita melalui komunikasi simbolis khususnya kata-kata maupun aktivitas fisik.
Watkins (dalam Gunarsa, 1996) mengatakan bahwa karena psikoterapi juga dilakukan oleh disiplin-disiplin ilmu lain, maka perumusan menjadi beraneka ragam tergantung dari pandangan dan pemikiran para perumusnya. Karena itu perumusan mengenai psikoterapi oleh Watkins dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1.        Mereka yang menilai bahwa membebaskan pasien dari masalah yang menimbulkan gejala, kecemasan dan konflik sebagai tujuan utama dari psikoterapi, merumuskan: Psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih, dengan seksama membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya.
2.        Kelompok kedua (Whitaker & Malone, 1953) adalah mereka yang menganggap bahwa tujuan terapi adalah membentuk perasaan yang kuat pada diri sendiri, ada keterpaduan dalam diri sendiri dan kematangan pribadi merumuskan: Psikoterapi dalam arti luas meliputi semua upaya untuk mempercepat pertumbuhan manusia sebagai pribadi.
3.        Kelompok ketiga, yakni mereka yang menitikberatkan bahwa sasaran psikoterapi adalah peningkatan hubungan-hubungan antar pribadi, meliputi kemampuan untuk memberi dan menerima kasih sayang. Kelompok ini merumuskan psikoterapi sebagai: Perubahan pada aspek emosi dalam hubungan antara pribadi yang pertumbuhan salah satu atau semua yang ikut terlibat.
4.        Kelompok keempat adalah mereka yang menitikberatkan pada usaha untuk mencapai penyesuaian dengan masyarakat dan kebudayaan dan merumuskan: Untuk mengganti perilaku dan mengubah sikap mereka yang tidak bisa (gagal) menyesuaikan diri agar memperoleh hasil yang lebih konstruktif.
Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yanng sehat). Ketira fungsi tersebut menngisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alanngkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yanng sempurna
Ciri-ciri dari defenisi mengenai psikoterapi ini, seperti penjelasan dibawah ini:
1.        Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara klien dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
2.      Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi teraupetik.
3.      Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.
4.      Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan skizofrenia, terapi biologis umumnya memegang peranan utama dalam perawatan. Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok ketiga  adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
Psikoterapi juga memiliki ciri-ciri yang lain. Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah “terapi-terapi bicara” bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Dalam interaksi-interaksi itu, terapis yang terampil adalah seorang pendengar yang penuh perhatian. Mendengar dengan penuh perhatian adalah suatu kegiatan yang aktif bukan pasif. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis. Psikoterapi-psikoterapi juga melibatkan kemonukasi-komunikasi nonverbal. Seorang terapis yang terampil, seperti orang pewawancara yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien.
E.       Konseling dan Psikoterapi
Konseling dan psikoterapi memiliki persamaan dan perbedaan serta mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya. Perbedaan antara keduanya tidak bisa dibuat secara jelas, akan tetapi banyak hal-hal yang dilakukan oleh konselor juga dilakukan oleh psikoterapis, dan hal-hal yang merupakan praktek psikoterapis juga dilakukan oleh konselor. Perbedaannya sebagai berikut[1] :
1.      Konseling umumnya berkenaan dengan orang-orang yang tergolong normal, sedangkan psikoterapi terutama berkenaan dengan orang-orang yang mendapat gangguan psikis
2.      Konseling lebih bersifat edukatif,suportif, berorientasi kesadaran, dan jangka pendek, sedangkan psikoterapi lebih bersifat rekonstruktif, konfrontif, berorientasi ketidaksadaran dan jangka panjang.
3.      Konseling lebih terstruktur dan terarah kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas dan konkrit, sedangkan psikoterapi lebih luas dan mengarah kepada tujuan yang lebih jauh.

F.        Manfaat Pengetahuan Psikoterapi
Pengetahuan psikoterapi berguna untuk[2] :
1.      Membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya;
2.      Membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi;
3.      Membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya.















BAB III
PENUTUP
Kesimpulam
Dari penguraian-penguraian yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pengertian konseling ialah usaha membantu konseli/ klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Pengertian psikoterapi ialah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.









DAFTAR PUSTAKA
Anas, Salahudin. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pustaka Setia
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling. Jakarta : Pustaka Bani Quraisy
Tri Rahayu, Iin. 2009. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer. Malang :
UIN- Malang Press
Isa, Ibnu. 2008. Islam Terapi. (http://islamic.xtgem.com/ ibnuisafiles/list/nov08/ islam_therapy/0021A.htm). diunduh pada 15 September 2013




[1] Mohamad Surya, Psikologi Konseling (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003). hlm.  11.
[2] Ibid, hlm 12.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar