BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah
studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis
dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan
logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang
sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah
ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas
filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat
juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang
biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang
mempertanyakan segala hal.
Semenjak
Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat;
maka semenjak itu pula refleksi filsafat mengenai pengetahuan manusia menjadi
menarik perhatian. Dan lahirlah pada abad 18 cabang filsafat yang disebut
sebagai filsafat pengetahuan (theory of knowledge atau epistemology).
Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber serta tatacara untuk menggunakan
sarana dan metode yang sesuai guna mencapai pengetahuan ilmiah. Diselidiki pula
evidensi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut kebenaran
ilmiah, serta batas batas validitasnya.
Mula-mula
filsafat berarti sifat seseorang berusaha menjadi bijak, selanjutnya filsafat
mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi
kesenangan intelektual (intelectual curiosity), juga filsafat pada masa
ini ialah menjawab pertanyaan yang tinggi yaitu pertanyaan yang tidak dapat
dijawab oleh sains. Secara terminologi filsafat banyak diartikan oleh para ahli
secara berbeda, perbedaan konotasi filsafat disebabkan oleh pengaruh lingkungan
dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri
seperti; James melihat konotasi filsafat sebagai kumpulan pertanyaan yang tidak
pernah terjawab oleh sains secara memuaskan. Russel melihat filsafat pada
sifatnya ialah usaha menjawab, objeknya ultimate question.
Phytagoras menunjukkan filsafat sebagai perenungan tentang ketuhanan.
Poedjawijatna (1974: 11) menyatakan filsafat diartikan ingin mencapai pandai,
cinta, pada kebijakan, dan sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Hasbullah
Bakry (1971: 11) mengatakan filsafat menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia
dan bagiamana sikap manusia itu harus setelah mencapai pengetahuan itu, dan
masih banyak pendapat dari tokoh-tokoh lainnya.
B. Tujuan
Pembuatan Makalah
1. Agar mahasiswa tahu tentang
perkembangan filsafat.
2. Agar para mahasiswa
mengetahui tentang macam-macam aliran dalam filsafat.
3. Agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan aliran filsafat serta
memamahami aliran-aliran filsafat dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara harfiah
berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi
filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian
dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos
berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom),
jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran.
Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang berfilsafat
dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof Yunani kuno)
mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang disamakan
dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat
mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern
(Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Terbagi
atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di dalamnya etika).
Filsafat
menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian pengetahuan tidak
terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh dalam aktifitas
pendidikan seperti manajemen pendidikan, perencanaan pendidikan, evaluasi
pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh tersebut, maka dalam makalah ini
mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma aliran-aliran filsafat
tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen pendidikan.
B. Perkembangan Filsafat
Masyarakat
primitif menganut pemikiran mitosentris yang mengandalkan mitos guna
menjelaskan fenomena alam. Perubahan pola pikir dari mitosentris menjadi
logo-sentris membuat manusia bisa membedakan kondisi riil dan ilusi, sehingga
mampu ke-luar dari mitologi dan memperoleh dasar pengetahuan ilmiah. Ini adalah
titik awal ma-nusia menggunakan rasio untuk meneliti serta mempertanyakan
dirinya dan alam raya. Pertama, Filsafat kuno dan abad pertengahan Di
masa ini, pertanyaan tentang asal usul alam mulai dijawab dengan pendekatan
rasional, tidak dengan mitos. Subjek (manusia) mulai mengambil jarak dari objek
(alam) sehingga kerja logika (akal pikiran) mulai dominan. Sebelum era
Socrates, kaji-an difokuskan pada alam yang berlandaskan spekulasi metafisik.
Menurut
Heraklitos (535-475 SM), realita di alam selalu berubah, tidak ada yang tetap
(api sebagai simbol perubahan di alam) sementara Parmenides (515-440 SM)
mengatakan bahwa realita di alam merupakan satu kesatuan yang tidak bergerak
sehingga perubahan tidak mungkin terjadi.
Pada
era Socrates, kajian filosofis mulai menjurus pada manusia dan mulai ada
pemikiran bahwa tidak ada kebenaran yang absolut. Beberapa filosof populernya
adalah Socrates (479-399 SM), Plato (427-437 SM) dan Aristotles (384-322 SM).
Socrates mendefinisikan, menganalisis dan mensintesa kebenaran objektif yang
universal melalui metode dialog (dialektika). Satu pertanyaan dijawab dengan
satu jawaban.
Plato
mengembangkan konsep dualisme (adanya bentuk dan persepsi). Ide yang
ditangkap oleh pikiran (persepsi) lebih nyata dari objek material (bentuk) yang
dilihat indra. Sifat persepsi tidak tetap dan bisa berubah, sementara bentuk
adalah sesuatu yang tetap. Aristotles menyatakan bahwa materi tidak mungkin
tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Filsuf ini juga memperkenalkan silogisme, yaitu
penggunaan logika berdasarkan analisis bahasa guna menarik kesimpulan.
Silogisme memiliki dua premis mayor dan satu ke-simpulan sehingga, suatu
pernyataan benar harus sesuai dengan minimal dua pernyataan pendukung. Logika
ini disebut juga dengan logika deduktif yang mengukur valid tidak-nya sebuah
pemikiran.
Pada
abad pertengahan (abad 12–13 SM) mulai dilakukan analisis rasional terha-dap
sifat-sifat alam dan Allah, analisis suatu kejadian/materi, bentuk,
ketidaknampakan, logika dan bahasa. Salah satu filsufnya adalah Thomas Aquinas
(1225-1274). Kedua, Filsafat modern (abad 15 sampai dengan sekarang)
Berkembang beberapa paham yang menguatkan kedudukan humanisme sebagai dasar
dalam perkembangan hidup manusia dan pengetahuan. Paham rasionalisme menyatakan
bahwa akal merupakan alat terpenting untuk memperoleh dan menguji pengetahuan.
C. Aliran - Aliran Filsafat
Aliran-aliran yang terdapat dalam
filsafat sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini akan kita bicarakan aliran
metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan.
a) Aliran-Aliran
Metafisika
Menurut
Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu :
·
Yang
mengenai kuantitas (jumlah)
·
yang
mengenai kualitas (sifat).
Yang mengenai kuantitas terdiri atas
monoisme, dualisme, dan pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan
bahwa unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut Thales: air
menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah
aliran yang berpendirian bahwa unsur pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu
roh dan benda. Pluralisme adalah aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok
hakikat kenyataan ini banyak. Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah.
Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi
dua bagian besar, yakni yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan yang
melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.
Yang termasuk golongan pertama
(tetap) ialah:
a.
Spiritualisme,
yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh.
b.
Materialisme,
yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi.
Yang termasuk golongan kedua
(kejadian) ialah:
a.
Mekanisme,
yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan
sendirinya menurut hukum sebab-akibat.
b.
Aliran
teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang satu berhubungan
dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab-akibat, melainkan semata-mata
oleh tujuan yang sama.
c.
Determinisme,
yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam
mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
d.
Indeterminisme,
yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yang
seluas-luasnya.
b)
Aliran-Aliran Etika
Aliran-aliran
penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:
a.
Aliran
etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu
diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali.
b.
Aliran
etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah
perbuatan yang menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelazatan).
c.
Aliran
etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan
manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility =
manfaat).
d.
Aliran
etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia
janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas
prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.
e.
Aliran
etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu
sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum
mengendalikan perbuatan itu.
f.
Aliran
etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya
perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan
perintah Tuhan (Theos = Tuhan).
c)
Aliran-Aliran Teori Pengetahuan
Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan,
bagaimana manusia mendapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan
berlaku.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal
atau sumber pengetahuan. Termasuk ke dalamnya:
a.
Rationalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis
adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan
melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada
melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Pada pertengahan abad ke-20, ada
tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh
para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai
sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan René
Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme
modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal
yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali
b.
Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam
filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman
manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan
tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke..
c.
Kritisisme
(transendentalisme)
aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri.
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat
pengetahuan manusia. Termasuk ke dalamnya:
a.
Realisme
aliran yang berpendirian bahwa
pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam
pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada.
b.
Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide yang
artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan
hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas
sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran
mutlak, bukan berkenaan dengan materi. Kata idealisme pun merupakan istilah
yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad
18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan
dengan materialisme Epikuros.
Istilah Idealisme adalah aliran
filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat
realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai
dalam pengklarifikasian filsafat.
Tokoh-tokoh lain cukup banyak :
Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund Husserl, Messer dan sebagainya.
d)
Aliran-Aliran Lainnya Dalam Filsafat
Di
samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat.
Aliran-aliran itu antara lain ialah:
a.
Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran
filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab
atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan
mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan
mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran
bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu
yang menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu
aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme
mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah
melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas
itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme
menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan
itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat
eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal
dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia
dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia
bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan
eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau "dalam
istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang
bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah
satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap
individu adalah kebebasan individu lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan
melulu harus menjadi “seorang yang lain daripada yang lain”, sadar bahwa
keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi
bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari
eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan
sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme.
Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti
dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan
oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang
tua, atau keinginan sendiri.
b.
Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat
yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang
bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan
kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di
mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta
individual dan konkret. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima
begitu saja.
Representasi atau penjelmaan
realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan
merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan
dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan
pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
c.
Fenomenologi
aliran yang berpendapat bahwa hasrat
yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu
dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
d.
Positivisme
Istilah positivisme sangat berkaitan
erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste
Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam
memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini
bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam,
karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan,
demikian juga alam.
e.
Aliran
filsafat hidup
aliran yang berpendapat bahwa
berfilsafat barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian
sehingga filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga
mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh
hidup
f.
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata
Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan.
Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis
pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.
Utilitarianisme merupakan suatu
paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan
menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat,
tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan
ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari
prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
g.
Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata
materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu
yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala
sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata,
dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu,
orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai
materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme
atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Maka
materilisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan
benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan
semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya
substansi. Kemudian, istilah inipun sering digunakan dalam filsafat.
Filsuf yang pertama kali
memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia merupakan salah satu filsuf
terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut
mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus.
Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme
yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie
yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia
mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).
Dalam waktu yang sama, di tempat
lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu materialisme
ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak
mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi
otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti
Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan
keberadaan materialisme.
h.
Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk
berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar
umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia.
Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas
hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem
beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi dan
Humanisme Sekular.
Diantara tokoh-tokoh Humanisme:
Abraham Maslow, Albert Einstein, Bertrand Russell, Carl Rogers, Cicero, Edward
Said, Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry Morgentaler,
Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
i.
Feminisme
Tokoh feminisme disebut Feminis
adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan
keadilan hak dengan pria. Mengenai latar belakang lahirnya gerakan feminisme
adalah ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis
pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada
laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan
atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk
mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena
itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.
Pada 1785 perkumpulan masyarakat
ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di
selatan Belanda. Gerakan feminisme berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa
yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet.
Sedangkan mengenai tokoh-tokoh yang terkenal dalam faham feminisme diantaranya
adalah Foucault, Naffine, Derrida (Derridean).
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat adalah hasil pemikiran
ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang zaman di seluruh dunia.
Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan dengan sejarah ilmu
pengetahuan, telah memperkaya khazanah (perbendaharaan) ilmu filsafat. Sebagai
ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah menarik minat dan perhatian para
pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat banyak mempengaruhi perkembangan
keseluruh budaya umat manusia. Filsafat telah mempengaruhi sistem politik,
sistem sosial, sistem ideologi semua bangsa-bangsa. Juga filsafat mempengaruhi
sistem ilmu pengetahuan itu sendiri, yang tersimpul di dalam filsafat ilmu
pengetahuan tertentu seperti filsafat huku, filsafat ekonomi, filsafat ilmu
kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok dari semua
iatu, filsfat telah mempengaruhi sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau
ideologinya. Filsafat telah mewarisi subyek atau pribadi sedemikian kuat,
sehingga tiap orang menjadi penganut suatu faham filsafat baik sadar maupun
tidak, langsung ataupun tidak langsung.
Ajaran filsafat pada dasarnya adalah
hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu
secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu
masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah
yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi
para ahli tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia
di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan
tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian,
ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori
tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu
aliran (sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai
produk suatu zaman, produk suatu cultural and social matrix. Dengan
demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu
realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat berbentuk cita-cita,
idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan
tertentu.
Terkhusus pada bidang filsafat awal
mula timbulnya berasal dari rasa ingin tahu kemudian terbentuklah mitos yang
mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu roh-roh di balik alam jagat raya ini,
dan ini dipercayai oleh orang dahulu sebagai suatu kebenaran. Selanjutnya rasa
kritis pun mulai menderai orang-orang atas kebenaran mitos itu rasa sangsi pun
muncul, lalu ingin kepastian, timbulnya pertanyaan dan rasa-rasa tersebut
adalah dasar timbulnya filsafat.
Berdasarkan kenyataan sejarah, filsafat
bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil pemikiran kreatif yang terlepas
daripada pra kondisi yang menantang. Paling sedikit, ide-ide filosofis adalah jawaban
terhadap problem yang menentang pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan,
atau verifikasi tentang sesuatu. Filsafat juga merupakan usaha meneuhi
dorongan-dorongan rasional manusiawi demi kepuasan rohaniah, untuk kemantangan
pribadi, untuk integritas.
DAFTAR PUSTAKA
Gie,
The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu. Cet VIII. Yogyakarta; Liberty. 2010.
Solihin,
M.2007.Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern.Bandung : Pustaka
Setia
Siswanto,
Joko. Sistem-sistem Metafisika Dunia Barat: Dari Aristoteles sampai Derrida.
Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 1998.
Surajiyo.2008.Ilmu
Filsafat. Jakarta PT Bumi Aksara
Tafsir,
Prof. Dr. Ahmad.2001.Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales Sampai Capra.
Bandung : PT Remaja Rordakarya.
0 komentar :
Posting Komentar